Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive

DBFMinfo (Kalianda) : Untuk menangani bahkan menghapus Kekerasan Dalam Rumah Tangga ( KDRT) di Lampung Selatan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) tidak bisa sendiri, oleh karena itu, harus melibatkan pihak luar dalan hal ini masyarakat.

Sekretaris Dinas P3A Lampung Selatan Wahyuningsih, pada Dialog Jendela Informasi Wanita dan Anak (Jelita) di radio DBFM LPPL Lampung Selatan Selasa sore (6/8/2019) menerangkan, melalui Program Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) Dinas P3A mengajak masyarakat ikut melakukan perlinungan terhadap anak.

"Jadi kalau di dinas kita itu ada yang namanya program PATBM, Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat, yang sedang kita galakkan" terang Wahyuningsih.

Karena, lanjut dia, ternyata kekerasan terhadap anak nantinya akan berdampak kepada anak, kasus yang di tangani, permasalahannya datangnya dari Keluarga.

"untuk urusan penghapusan Kekeasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang kita tangan ini ternyata kalau kita dalami ternyata permasalahan itu datangnya dari masalah keluarga. Keluarga yang tidak harmonis lahirnya jadi dengan seperti itu kita meluncurkan namanya PATBM itu" Lanjut Wahyuningsih.

Pada Dialog Jelita "Melindungi Anak dan Perempuan dengan Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga" ini, Wahyuningsih juga mengatakan, mengapa Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat, karena sangat tidak mungkin jika hanta dilakukan Dinas P3A sendiri. Ada unsur Pemerintah, Aparat desa, tokoh agama dan tokoh mayarakat.

"Karena kalau semua ini harus diselesaikan sendiri oleh Dinas Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, itu mustahil sekali, jumlah penduduk kita Lampung Selatan Ini udah 1 Juta lebih, jadi kita ada unsur pemerintahannya di situ ada unsur aparat desa ada tokoh agama tokoh masyarakat di situ ada pendidik ada teman-teman kita dari medis dan paramedis jadi kerja keroyokanlah" kata Wahyuningsih nenjelaskan.

Dikatakan Wahyuningsih, PATBM merambah semua sektor, semua kegiatan yang ada di desa, melai pengajian, rapat RT atau momen lain yang bisa menyelipkan pesan untuk perlindungan Anak dan Perempuan. Karena sudah mencetak kader PATBM.

"Semua sektorlah, baik itu melalui pengajian kah arisan kah rapat rapat RT atau apa sebisa mungkin kita menyelipkan pesan-pesan untuk Perlindungan Anak kita ini di desa itu sudah kita bentuk kader-kader PATBM" kata dia lagi. (db).

DBFMinfo (Kalianda) : Untuk menangani bahkan menghapus Kekerasan Dalam Rumah Tangga ( KDRT) di Lampung Selatan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) tidak bisa sendiri, oleh karena itu, harus melibatkan pihak luar dalan hal ini masyarakat.

Sekretaris Dinas P3A Lampung Selatan Wahyuningsih, pada Dialog Jendela Informasi Wanita dan Anak (Jelita) di radio DBFM LPPL Lampung Selatan Selasa sore (6/8/2019) menerangkan, melalui Program Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) Dinas P3A mengajak masyarakat ikut melakukan perlinungan terhadap anak.

"Jadi kalau di dinas kita itu ada yang namanya program PATBM, Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat, yang sedang kita galakkan" terang Wahyuningsih.

Karena, lanjut dia, ternyata kekerasan terhadap anak nantinya akan berdampak kepada anak, kasus yang di tangani, permasalahannya datangnya dari Keluarga.

"untuk urusan penghapusan Kekeasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang kita tangan ini ternyata kalau kita dalami ternyata permasalahan itu datangnya dari masalah keluarga. Keluarga yang tidak harmonis lahirnya jadi dengan seperti itu kita meluncurkan namanya PATBM itu" Lanjut Wahyuningsih.

Pada Dialog Jelita "Melindungi Anak dan Perempuan dengan Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga" ini, Wahyuningsih juga mengatakan, mengapa Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat, karena sangat tidak mungkin jika hanta dilakukan Dinas P3A sendiri. Ada unsur Pemerintah, Aparat desa, tokoh agama dan tokoh mayarakat.

"Karena kalau semua ini harus diselesaikan sendiri oleh Dinas Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, itu mustahil sekali, jumlah penduduk kita Lampung Selatan Ini udah 1 Juta lebih, jadi kita ada unsur pemerintahannya di situ ada unsur aparat desa ada tokoh agama tokoh masyarakat di situ ada pendidik ada teman-teman kita dari medis dan paramedis jadi kerja keroyokanlah" kata Wahyuningsih nenjelaskan.

Dikatakan Wahyuningsih, PATBM merambah semua sektor, semua kegiatan yang ada di desa, melai pengajian, rapat RT atau momen lain yang bisa menyelipkan pesan untuk perlindungan Anak dan Perempuan. Karena sudah mencetak kader PATBM.

"Semua sektorlah, baik itu melalui pengajian kah arisan kah rapat rapat RT atau apa sebisa mungkin kita menyelipkan pesan-pesan untuk Perlindungan Anak kita ini di desa itu sudah kita bentuk kader-kader PATBM" kata dia lagi. (db).

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive

DBFMinfo (Bandarlampung) : Batik Ikat celup adalah proses membuat motif dan warna pada kain putih polos dengan teknik mengikat dan menutup sebagian kain dengan karet gelang, selanjutnya dicelup pada pewarna kain yang mudah didapat yaitu wantex.

Teknik ikat celup dengan menggunakan berbagai cara pengikatan, bisa menciptakan berbagai pola yang menarik.

Adalah Asnawi, Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) SMP Lampung Selatan, mempraktekkan tehnik ini kepada Siswa SMP Negeri 1 Tanjung Bintang.

Menurut Asnawi, tehnik ini dinamai Tie Die, tehnik ikat kemudian ditetesi tinta atau pewarna dengan media kain atau Kaos. Setelah media diikat, kenudian pewarnanya diteteskan kekain. Dijelaskan Asnawi, ada dua tehnik Batik Tie Die ini.

"Tie Die, Setelah media diikat, kemudian pewarnanya kita teteskan kekain, ada dua tehnik Batik Tie Die ini. Yang pertama tehnik ikat tie die, yang kedua ikat celup" terang Asnawi di arena Pekan Raya Lampung 2019, PKOR Way Halim,  Anjungan Lampung Selatan.

 Kreasi Batik Tie Die ini, lanjut Asnawi masuk dalan mata pelajaran motiv ragam hias di Kelas 7. Tehnik membatik ini, untuk menyederhanakan membatik konvensional, yang memerlukan banyak alat dan bahan, seperti chanting untuk nengukir di kain, kompor untuk menanaskan lilin.

"Untuk SMP sebagai mata pelajaran motiv ragam hias di kelas 7, kalau batik yang konvensional, perlu banyak alat, namun tehnik Tie Die dan celup ini sangat sederhana" terang asnawi lagi.  

Tidak saja itu, Asnawi juga mengajarkan tehnik batik Eco Print, membatik tanpa pewarna buatan, namun alami. Caranya dengan merekatkan daun ke media dan dipukul pukul sehingga menghasilkan cetakan dan warna sesuai daun yang di cetak.

"Kemarin kami tawarkan yang namanya Batik Eco Print, membatik dengan pewarba alami, dengan cara merekatkan daun kemedia, kemudian di pukul2 dan menghasilkab warna sesuai warna daun itu" jelas Asnawi.

Namun demikian, hasil karya anak didik SMP Negeri 1 Tanjung Bintang ini belum dikomersilkan. (db)

DBFMinfo (Bandarlampung) : Batik Ikat celup adalah proses membuat motif dan warna pada kain putih polos dengan teknik mengikat dan menutup sebagian kain dengan karet gelang, selanjutnya dicelup pada pewarna kain yang mudah didapat yaitu wantex.

Teknik ikat celup dengan menggunakan berbagai cara pengikatan, bisa menciptakan berbagai pola yang menarik.

Adalah Asnawi, Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) SMP Lampung Selatan, mempraktekkan tehnik ini kepada Siswa SMP Negeri 1 Tanjung Bintang.

Menurut Asnawi, tehnik ini dinamai Tie Die, tehnik ikat kemudian ditetesi tinta atau pewarna dengan media kain atau Kaos. Setelah media diikat, kenudian pewarnanya diteteskan kekain. Dijelaskan Asnawi, ada dua tehnik Batik Tie Die ini.

"Tie Die, Setelah media diikat, kemudian pewarnanya kita teteskan kekain, ada dua tehnik Batik Tie Die ini. Yang pertama tehnik ikat tie die, yang kedua ikat celup" terang Asnawi di arena Pekan Raya Lampung 2019, PKOR Way Halim,  Anjungan Lampung Selatan.

 Kreasi Batik Tie Die ini, lanjut Asnawi masuk dalan mata pelajaran motiv ragam hias di Kelas 7. Tehnik membatik ini, untuk menyederhanakan membatik konvensional, yang memerlukan banyak alat dan bahan, seperti chanting untuk nengukir di kain, kompor untuk menanaskan lilin.

"Untuk SMP sebagai mata pelajaran motiv ragam hias di kelas 7, kalau batik yang konvensional, perlu banyak alat, namun tehnik Tie Die dan celup ini sangat sederhana" terang asnawi lagi.  

Tidak saja itu, Asnawi juga mengajarkan tehnik batik Eco Print, membatik tanpa pewarna buatan, namun alami. Caranya dengan merekatkan daun ke media dan dipukul pukul sehingga menghasilkan cetakan dan warna sesuai daun yang di cetak.

"Kemarin kami tawarkan yang namanya Batik Eco Print, membatik dengan pewarba alami, dengan cara merekatkan daun kemedia, kemudian di pukul2 dan menghasilkab warna sesuai warna daun itu" jelas Asnawi.

Namun demikian, hasil karya anak didik SMP Negeri 1 Tanjung Bintang ini belum dikomersilkan. (db)

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive

DBFMinfo (Penengahan) : Tidak sulit menemukan Rumah Baca Rumah Akar Raja Baca di Jalan Lama, Desa Kuripan No.26 Rt.01/02 kecamatan penengahan, Lampung Selatan. Sejauh 13 Kilometer Dari Ibukota Kabupaten Lampung Selatan, Kalianda, tidak butuh waktu lama, hanya sekitar 20 menit.

Adalah Khaja Muda dengan nama asli Febrial Adok Khaja Muda (35), menyulap sudut rumah tinggalnya menjadi rumah baca, sekaligus work shop Tukkus, ikat kepala tradisional Lampung Sai Bathin.

Sangat asri, halaman rumah Priya berkumis melintang mirip Pahlawan Nasional asli desa setempat Radin Inten II ini, dengan ornamen tradisional terbuat dari akar, kayu, serta benda fungsional rak buku dan meja terbuat dari kayu.

Ditemui info.dbfmradio.id di rumahnya yang lebih mirip galeri seni, laki-laki yang dikenal sebagai pegiat kesenian Lampung ini mengaku tergerak untuk membuat rumah baca yang kini menjadi tempat berkumpul anak-anak untuk aktivitas membaca dan membuat karya seni. Dibangun untuk memfasilitasi pelajar dan warga yang memerlukan buku. Tidak saja warga Kuripan, dari luar desapun banyak yang berkunjung ke rumah bacanya.

"Ini adalah perpustakaan milik pribadi, saya bangun untuk memfasilitasi pelajar untuk pekerjaan rumah (tugas sekolah: red) dan warga sekedar membaca. Tidak saja warga Kuripan, dari luar desapun banyak yang berkunjung kesini" terang Khaja Muda.

Sementara anak anak lebih sering membaca komik Ilmu Pengetahuan. Diakui pula oleh Khaja Muda, perpustakaannya masih minim judul buku, terlebih bahasa Lampung, karena memang Perpustakaannya menggantungkan dari para donatur dari berbagai daerah. Sedangkan donatur dari Lampung sendiri sangat minim.

"Komik sains, yang diminati anak anak adalah komik sains, mereka banyak belajar dari komik sains. Memang masih minim, apalagi bahasa Lampung, karena memang saya tergantung donatur, banyak dari Jawa dan Kalinantan, sedangkan dari Lampung malah minim" aku Khaja Muda.

Pemilihan nama mini perpustakaan ini, diakui Khaja Muda sangat erat dengan nama Gunung Rajabasa yang tepat berada tak jauh dari Desa Kuripan, yang melahirkan Pahlawan Nasional Radin Inten II yang namanya diabadikan Bandara di Branti Lampung Selatan. (DB).

 

DBFMinfo (Penengahan) : Tidak sulit menemukan Rumah Baca Rumah Akar Raja Baca di Jalan Lama, Desa Kuripan No.26 Rt.01/02 kecamatan penengahan, Lampung Selatan. Sejauh 13 Kilometer Dari Ibukota Kabupaten Lampung Selatan, Kalianda, tidak butuh waktu lama, hanya sekitar 20 menit.

Adalah Khaja Muda dengan nama asli Febrial Adok Khaja Muda (35), menyulap sudut rumah tinggalnya menjadi rumah baca, sekaligus work shop Tukkus, ikat kepala tradisional Lampung Sai Bathin.

Sangat asri, halaman rumah Priya berkumis melintang mirip Pahlawan Nasional asli desa setempat Radin Inten II ini, dengan ornamen tradisional terbuat dari akar, kayu, serta benda fungsional rak buku dan meja terbuat dari kayu.

Ditemui info.dbfmradio.id di rumahnya yang lebih mirip galeri seni, laki-laki yang dikenal sebagai pegiat kesenian Lampung ini mengaku tergerak untuk membuat rumah baca yang kini menjadi tempat berkumpul anak-anak untuk aktivitas membaca dan membuat karya seni. Dibangun untuk memfasilitasi pelajar dan warga yang memerlukan buku. Tidak saja warga Kuripan, dari luar desapun banyak yang berkunjung ke rumah bacanya.

"Ini adalah perpustakaan milik pribadi, saya bangun untuk memfasilitasi pelajar untuk pekerjaan rumah (tugas sekolah: red) dan warga sekedar membaca. Tidak saja warga Kuripan, dari luar desapun banyak yang berkunjung kesini" terang Khaja Muda.

Sementara anak anak lebih sering membaca komik Ilmu Pengetahuan. Diakui pula oleh Khaja Muda, perpustakaannya masih minim judul buku, terlebih bahasa Lampung, karena memang Perpustakaannya menggantungkan dari para donatur dari berbagai daerah. Sedangkan donatur dari Lampung sendiri sangat minim.

"Komik sains, yang diminati anak anak adalah komik sains, mereka banyak belajar dari komik sains. Memang masih minim, apalagi bahasa Lampung, karena memang saya tergantung donatur, banyak dari Jawa dan Kalinantan, sedangkan dari Lampung malah minim" aku Khaja Muda.

Pemilihan nama mini perpustakaan ini, diakui Khaja Muda sangat erat dengan nama Gunung Rajabasa yang tepat berada tak jauh dari Desa Kuripan, yang melahirkan Pahlawan Nasional Radin Inten II yang namanya diabadikan Bandara di Branti Lampung Selatan. (DB).

 

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive

DBFMinfo (Penengahan) : Tukkus ikat kepala tradisional Lampung yang dibuat dari kain, di jawa tengah dikenal dengan nama Iket. Konon, Tukkus sudah dipakai masyarakat sejak jaman dulu. Namun, tak diketahui secara pasti sejak kapan dan siapa yang pertama kali membuat Tukkus.

Meski begitu, Tukkus sudah ada pada zaman sebelum Indonesia merdeka. Ini bisa dilihat dari penutup kepala yang digunakan pahlawan nasional Radin Inten II. Baik di lukisan maupun di patung, pahlawan asal Desa Kuripan, Kecamatan Penengahan ini selalu memakai Tukkus.

Mungkin terinspirasi Radin Inten II, masyarakat Penengahan banyak yang memakai Tukkus. Hal itu juga tidak terlepas dari peran Khaja Muda, pria kelahiran Desa Kuripan Kecamatan Penengahan tahun 1984 perajin sekaligus pelestari Tukkus di sanggar sekaligus work shop perajin Tukkus di halaman rumahnya, dengan harga berkisar antara Rp.55.000 hingga Rp. 300.000 tergantung bahannya.

Pria berkumis yang akrab disapa Khaja ini bercerita, di masyarakat adat Lampung Sai Batin memiliki dua mahkota laki laki, Kikat yang hanya dipakai oleh tokoh adat tertentu, dan pada waktu tertentu saja, tidak sembarang orang bisa memakai Kikat ini. Mahkota adat Sai Batin yang lain adalah Tukkus ini, berbeda dengan Kikat, siapapun, dimanapun dan kapanpun boleh memakai Tukkus, karena ranah Tukkus ada di seni budaya.

"Jadi begini, di Lampung sendiri, khususnya sai batin ada dua mahkota laki laki, yang pertama Kikat, ranahnya Kikat ini ada di adok, dipakai okeh tokoh adat tertentu, tidak sembarang orang bisa memakainya, karena dia ada kasta kastanya. Nah kalau Tukkus, siapapun boleh memakai, karena ranahnya ada di seni budaya, kalau Kikat ada di adat " terang pria bernama lengkap Febrial Adok Khaja Muda ini.

Dalam sehari, Khaja Muda bisa memproduksi 20 Tukkus. Menurut dia, tingkat kesulitan dalam membuat tukkus menjadi alasan utama kecilnya produksi Tukkus yang ia buat. “Karena proses pembuatannya harus dijahit dengan tangan, semuanya manual,” katanya.

Sejauh ini, Khaja Muda mengaku kewalahan meladeni pemesan tukkus dari berbagai kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan. Pemesan pun meliputi berbagai kalangan, mulai dari warga biasa sampai para pejabat. Untuk membantu produksi, Khaja Muda dibantu oleh 8 orang karyawannya, yang sebagian besar wanita dalam melakukan pembuatan Tukkus. (db).

DBFMinfo (Penengahan) : Tukkus ikat kepala tradisional Lampung yang dibuat dari kain, di jawa tengah dikenal dengan nama Iket. Konon, Tukkus sudah dipakai masyarakat sejak jaman dulu. Namun, tak diketahui secara pasti sejak kapan dan siapa yang pertama kali membuat Tukkus.

Meski begitu, Tukkus sudah ada pada zaman sebelum Indonesia merdeka. Ini bisa dilihat dari penutup kepala yang digunakan pahlawan nasional Radin Inten II. Baik di lukisan maupun di patung, pahlawan asal Desa Kuripan, Kecamatan Penengahan ini selalu memakai Tukkus.

Mungkin terinspirasi Radin Inten II, masyarakat Penengahan banyak yang memakai Tukkus. Hal itu juga tidak terlepas dari peran Khaja Muda, pria kelahiran Desa Kuripan Kecamatan Penengahan tahun 1984 perajin sekaligus pelestari Tukkus di sanggar sekaligus work shop perajin Tukkus di halaman rumahnya, dengan harga berkisar antara Rp.55.000 hingga Rp. 300.000 tergantung bahannya.

Pria berkumis yang akrab disapa Khaja ini bercerita, di masyarakat adat Lampung Sai Batin memiliki dua mahkota laki laki, Kikat yang hanya dipakai oleh tokoh adat tertentu, dan pada waktu tertentu saja, tidak sembarang orang bisa memakai Kikat ini. Mahkota adat Sai Batin yang lain adalah Tukkus ini, berbeda dengan Kikat, siapapun, dimanapun dan kapanpun boleh memakai Tukkus, karena ranah Tukkus ada di seni budaya.

"Jadi begini, di Lampung sendiri, khususnya sai batin ada dua mahkota laki laki, yang pertama Kikat, ranahnya Kikat ini ada di adok, dipakai okeh tokoh adat tertentu, tidak sembarang orang bisa memakainya, karena dia ada kasta kastanya. Nah kalau Tukkus, siapapun boleh memakai, karena ranahnya ada di seni budaya, kalau Kikat ada di adat " terang pria bernama lengkap Febrial Adok Khaja Muda ini.

Dalam sehari, Khaja Muda bisa memproduksi 20 Tukkus. Menurut dia, tingkat kesulitan dalam membuat tukkus menjadi alasan utama kecilnya produksi Tukkus yang ia buat. “Karena proses pembuatannya harus dijahit dengan tangan, semuanya manual,” katanya.

Sejauh ini, Khaja Muda mengaku kewalahan meladeni pemesan tukkus dari berbagai kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan. Pemesan pun meliputi berbagai kalangan, mulai dari warga biasa sampai para pejabat. Untuk membantu produksi, Khaja Muda dibantu oleh 8 orang karyawannya, yang sebagian besar wanita dalam melakukan pembuatan Tukkus. (db).

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive

DBFMinfo (Natar) : Tidak banyak yang tahu bahwa buah bernuk dan buah maja berbeda. Namun, secara tekstur sebenarnya buah bernuk dan buah maja sama. Meskipun demikian, keduanya memiliki nama latin berbeda.

Dikutip dari intisari online, Buah maja memiliki nama latin "aegel marmelos" sedangkan buah bernuk memiliki nama latin "crescentia cujete". Ada tiga spesies bernuk, selain Crescentia cujete, ada juga Crescentia alata dan Crescentia portoricensis.

Bernuk yang tumbuh di Lampung adalah spesies Crescentia cujeta, ketiganya asli daerah tropis Benua Amerika, dan bukan tanaman asli Indonesia. Lalu mengapa buah yang rasanya pahit ini tumbuh subur dan cenderung di budidayakan di Lampung?

Adalah Fajar wijaya pengrajin gitar klasik Lampung dari buah bernuk. Berbekal kemampuannya berkreasi, pria berusia 38 tahun, warga Desa Taqwa Sari Kecamatan Natar, buah yang terkenal dengan rasanya yang sangat pahit ini, disulap menjadi Gitar Klasik Lampung bahkan menjadi aneka kerajian tangan seperti cup lampu dan tas.

Berawal dari iseng yang diiringi pemikiran bagaimana caranya memanfaatkan buah bernuk yang menjadi sampah dihalaman rumahnya. Mulanya Fajar hanya menyulapnya menjadi handycraft seperti tas dan cup lampu namun tidak banyak peminatnya. Kemudian, lekaki yang piawai bermain gitar ini, mencoba memproduksi gitar klasik lampung.

"Awalnya hanya iseng Bang, saya kepikiran bagaimana memanfaatkan limbah bernuk ini. Saya buat kerajinan tas dan cup lampu, tapi peminatnya sedikit, jadi ya terus saya buat gitar ini" terang Fajar sembari memainkan gitar hasil karyanya.

Gitar produksi Fajar Wijaya berbagai jenis, dari yang model ukulele, kalimba, benjo hingga gitar akustik dan elektrik konvensional. Seniman asal Natar ini memproduksinya berdasarkan pesanan yang ia promosikan di akun instagramnya, masalah harga, Fajar mematok dari Rp. 250.000 hingga Rp. 800.000 tergantung bentuk dan motiv nya. Namun konsumennya bukan musisi, kebanyakan para kolektor barang seni.

"Kalau pasarnya, saya tidak mematok ya, karena ini hoby Bang, paling saya buka (unggah : red) di Instagram, kalau untuk pesanan ini ya ada ya, cuman gak banyak, soalnya kan ini hoby ya, jadi kalangan tertentu saja. Kalau harga itu ya kisaran antara 250 sampai 800 (ribu) lah" aku Fajar Wijaya.

Proses pembuatan gitar buah bernuk ini, sebenarnya tergolong unik dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Buah bernuk paling tidak harus berusia 5 bulan atau sudah berubah warna kekuning2an, dipanaskan menggunakan bara api selama tiga hingga empat jam sampai kulit buah berubah warna menjadi hitam kecokelatan.(aap).

DBFMinfo (Natar) : Tidak banyak yang tahu bahwa buah bernuk dan buah maja berbeda. Namun, secara tekstur sebenarnya buah bernuk dan buah maja sama. Meskipun demikian, keduanya memiliki nama latin berbeda.

Dikutip dari intisari online, Buah maja memiliki nama latin "aegel marmelos" sedangkan buah bernuk memiliki nama latin "crescentia cujete". Ada tiga spesies bernuk, selain Crescentia cujete, ada juga Crescentia alata dan Crescentia portoricensis.

Bernuk yang tumbuh di Lampung adalah spesies Crescentia cujeta, ketiganya asli daerah tropis Benua Amerika, dan bukan tanaman asli Indonesia. Lalu mengapa buah yang rasanya pahit ini tumbuh subur dan cenderung di budidayakan di Lampung?

Adalah Fajar wijaya pengrajin gitar klasik Lampung dari buah bernuk. Berbekal kemampuannya berkreasi, pria berusia 38 tahun, warga Desa Taqwa Sari Kecamatan Natar, buah yang terkenal dengan rasanya yang sangat pahit ini, disulap menjadi Gitar Klasik Lampung bahkan menjadi aneka kerajian tangan seperti cup lampu dan tas.

Berawal dari iseng yang diiringi pemikiran bagaimana caranya memanfaatkan buah bernuk yang menjadi sampah dihalaman rumahnya. Mulanya Fajar hanya menyulapnya menjadi handycraft seperti tas dan cup lampu namun tidak banyak peminatnya. Kemudian, lekaki yang piawai bermain gitar ini, mencoba memproduksi gitar klasik lampung.

"Awalnya hanya iseng Bang, saya kepikiran bagaimana memanfaatkan limbah bernuk ini. Saya buat kerajinan tas dan cup lampu, tapi peminatnya sedikit, jadi ya terus saya buat gitar ini" terang Fajar sembari memainkan gitar hasil karyanya.

Gitar produksi Fajar Wijaya berbagai jenis, dari yang model ukulele, kalimba, benjo hingga gitar akustik dan elektrik konvensional. Seniman asal Natar ini memproduksinya berdasarkan pesanan yang ia promosikan di akun instagramnya, masalah harga, Fajar mematok dari Rp. 250.000 hingga Rp. 800.000 tergantung bentuk dan motiv nya. Namun konsumennya bukan musisi, kebanyakan para kolektor barang seni.

"Kalau pasarnya, saya tidak mematok ya, karena ini hoby Bang, paling saya buka (unggah : red) di Instagram, kalau untuk pesanan ini ya ada ya, cuman gak banyak, soalnya kan ini hoby ya, jadi kalangan tertentu saja. Kalau harga itu ya kisaran antara 250 sampai 800 (ribu) lah" aku Fajar Wijaya.

Proses pembuatan gitar buah bernuk ini, sebenarnya tergolong unik dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Buah bernuk paling tidak harus berusia 5 bulan atau sudah berubah warna kekuning2an, dipanaskan menggunakan bara api selama tiga hingga empat jam sampai kulit buah berubah warna menjadi hitam kecokelatan.(aap).

Dermaga eksekutif Pelabuhan Penyeberangan bakauheni (Ilustrasi)

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive

DBFMinfo (Bakauheni) : Desa Bakauheni  Kecamatan Bakauheni sangat  beruntung, betapa tidak, di Desa “Serambi Sumatra” ini memiliki 2 pelabuhan, yakni Pelabuhan Penyeberangan yang dikelola oleh PT. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangn (ASDP) Indonesia Ferry (Persero) yang kini memiliki  dermaga eksekutif dan Pelabuhan Bandar Bakau Jaya (BBJ) Bakauheni menjadi alternatif penyeberangan selain Merak-Bakauheni yang menjadi kebanggan Lampung Selatan.

Tidak saja itu,  menurut Sekretaris Camat bakauheni Murizal Effendi, selain kedua Pelabuhan tersebut juga pembangunan Jalan Tol Bakauheni Terbanggi Besar yang penyerapan tenaga kerjaya sebagian besar dari wilayah kecamatan Bakauheni.

“Memang rata-rata sebagian besar ya bisa dikatakan adalah masyarakat yang berada di Bakahuni untuk tenaga kerja yang ditempatkan di Pelabuhan   atau   di Jalan Tol, baik  saat pembangunan maupun   pengoperasian  saat ini” kata Murizal Effendi, Rabu (3/7/2019).

Pembangunan yang dilaksanakan pemerintah pusat tahun ini, lanjut Murizal Effendi, berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat namun untuk pekerja yang sesuai dengan kemampuan yang ada di masyarakat seperti Toll gate, ticketing atau office boy bisa juga  di tempat-tempat pekerjaan yang lain dan secara tidak langsung membuka lapangan kerja baru.

“Tentu berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat namun sesuai dengan kemampuan yang dimilik seperti petugas Toll gate,  ticketing atau office boy bisa juga  di tempat-tempat pekerjaan yang lain” lanjut dia

Berbicara masalah dampak ya dari 2 pelabuhan yang berada di kecamatan Bakauheni yaitu ASDP dan BBJ, terus Murizal, disaat  musim mudik lebaran menjadi berkah sendiri bagi masyarakat Bakauheni berjualan makanan dan minuman serta jasa. Namun  jelas Uspika Kecamatan Bakauheni berupaya menciptakan rasa aman dan nyaman untuk  aktifitas perekonomian di Bakauheni.

“Ya memang kalau pas musim mudik dan balik memang semua mata tertuju pada Pelabuhan Bakauheni karena masyarakat  yang masuk Pulau Sumatera sangat tinggi dan menjadi berkah sendiri bagi masyarakat Bakauheni berjualan makanan dan minuman  serta jasa. ” tutup Murizal effendi. (aap).

DBFMinfo (Bakauheni) : Desa Bakauheni  Kecamatan Bakauheni sangat  beruntung, betapa tidak, di Desa “Serambi Sumatra” ini memiliki 2 pelabuhan, yakni Pelabuhan Penyeberangan yang dikelola oleh PT. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangn (ASDP) Indonesia Ferry (Persero) yang kini memiliki  dermaga eksekutif dan Pelabuhan Bandar Bakau Jaya (BBJ) Bakauheni menjadi alternatif penyeberangan selain Merak-Bakauheni yang menjadi kebanggan Lampung Selatan.

Tidak saja itu,  menurut Sekretaris Camat bakauheni Murizal Effendi, selain kedua Pelabuhan tersebut juga pembangunan Jalan Tol Bakauheni Terbanggi Besar yang penyerapan tenaga kerjaya sebagian besar dari wilayah kecamatan Bakauheni.

“Memang rata-rata sebagian besar ya bisa dikatakan adalah masyarakat yang berada di Bakahuni untuk tenaga kerja yang ditempatkan di Pelabuhan   atau   di Jalan Tol, baik  saat pembangunan maupun   pengoperasian  saat ini” kata Murizal Effendi, Rabu (3/7/2019).

Pembangunan yang dilaksanakan pemerintah pusat tahun ini, lanjut Murizal Effendi, berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat namun untuk pekerja yang sesuai dengan kemampuan yang ada di masyarakat seperti Toll gate, ticketing atau office boy bisa juga  di tempat-tempat pekerjaan yang lain dan secara tidak langsung membuka lapangan kerja baru.

“Tentu berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat namun sesuai dengan kemampuan yang dimilik seperti petugas Toll gate,  ticketing atau office boy bisa juga  di tempat-tempat pekerjaan yang lain” lanjut dia

Berbicara masalah dampak ya dari 2 pelabuhan yang berada di kecamatan Bakauheni yaitu ASDP dan BBJ, terus Murizal, disaat  musim mudik lebaran menjadi berkah sendiri bagi masyarakat Bakauheni berjualan makanan dan minuman serta jasa. Namun  jelas Uspika Kecamatan Bakauheni berupaya menciptakan rasa aman dan nyaman untuk  aktifitas perekonomian di Bakauheni.

“Ya memang kalau pas musim mudik dan balik memang semua mata tertuju pada Pelabuhan Bakauheni karena masyarakat  yang masuk Pulau Sumatera sangat tinggi dan menjadi berkah sendiri bagi masyarakat Bakauheni berjualan makanan dan minuman  serta jasa. ” tutup Murizal effendi. (aap).

Star issued styles

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive

Lobby crossed schedule massive tight operate baker affects furnished noticed. Detective policeman stranger africa metropolitan darkness. Fathers emotion liquid contribute attend

Lobby crossed schedule massive tight operate baker affects furnished noticed. Detective policeman stranger africa metropolitan darkness. Fathers emotion liquid contribute attend