Tukkus, Kuripan dan Radin Inten II

Inspirasi
Tools
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times
Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

DBFMinfo (Penengahan) : Tukkus ikat kepala tradisional Lampung yang dibuat dari kain, di jawa tengah dikenal dengan nama Iket. Konon, Tukkus sudah dipakai masyarakat sejak jaman dulu. Namun, tak diketahui secara pasti sejak kapan dan siapa yang pertama kali membuat Tukkus.

Meski begitu, Tukkus sudah ada pada zaman sebelum Indonesia merdeka. Ini bisa dilihat dari penutup kepala yang digunakan pahlawan nasional Radin Inten II. Baik di lukisan maupun di patung, pahlawan asal Desa Kuripan, Kecamatan Penengahan ini selalu memakai Tukkus.

Mungkin terinspirasi Radin Inten II, masyarakat Penengahan banyak yang memakai Tukkus. Hal itu juga tidak terlepas dari peran Khaja Muda, pria kelahiran Desa Kuripan Kecamatan Penengahan tahun 1984 perajin sekaligus pelestari Tukkus di sanggar sekaligus work shop perajin Tukkus di halaman rumahnya, dengan harga berkisar antara Rp.55.000 hingga Rp. 300.000 tergantung bahannya.

Pria berkumis yang akrab disapa Khaja ini bercerita, di masyarakat adat Lampung Sai Batin memiliki dua mahkota laki laki, Kikat yang hanya dipakai oleh tokoh adat tertentu, dan pada waktu tertentu saja, tidak sembarang orang bisa memakai Kikat ini. Mahkota adat Sai Batin yang lain adalah Tukkus ini, berbeda dengan Kikat, siapapun, dimanapun dan kapanpun boleh memakai Tukkus, karena ranah Tukkus ada di seni budaya.

"Jadi begini, di Lampung sendiri, khususnya sai batin ada dua mahkota laki laki, yang pertama Kikat, ranahnya Kikat ini ada di adok, dipakai okeh tokoh adat tertentu, tidak sembarang orang bisa memakainya, karena dia ada kasta kastanya. Nah kalau Tukkus, siapapun boleh memakai, karena ranahnya ada di seni budaya, kalau Kikat ada di adat " terang pria bernama lengkap Febrial Adok Khaja Muda ini.

Dalam sehari, Khaja Muda bisa memproduksi 20 Tukkus. Menurut dia, tingkat kesulitan dalam membuat tukkus menjadi alasan utama kecilnya produksi Tukkus yang ia buat. “Karena proses pembuatannya harus dijahit dengan tangan, semuanya manual,” katanya.

Sejauh ini, Khaja Muda mengaku kewalahan meladeni pemesan tukkus dari berbagai kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan. Pemesan pun meliputi berbagai kalangan, mulai dari warga biasa sampai para pejabat. Untuk membantu produksi, Khaja Muda dibantu oleh 8 orang karyawannya, yang sebagian besar wanita dalam melakukan pembuatan Tukkus. (db).