DBFMRadio.id : Jakarta -Satgas Penanganan Covid 19 pada sepekan terakhir masih dihadapkan pada penambahan kasus positif yang sangat fluktuatif.
Berdasarkan data dari Kementerian kesehatan per tanggal 21 Januari 2021 angka keterpakaian tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid 19 di DKI Jakarta telah mencapai 84,02% atau meningkat sekitar 2% dari pekan sebelumnya yang 82,72 % dan penyangga nya, Jawa Barat 77,309% hal ini menunjukkan kasus aktif masih cukup tinggi sehingga angka keterpakaian tempat tidur di rumah sakit rujukan juga tinggi.
Efek libur panjang telah membuat pemerintah mengambil langkah strategis dengan memperpanjang waktu Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berlaku hingga 8 Februari 2021.
Hal ini dilakukan untuk membendung penularan dan menekan keterpakaian layanan dan fasilitas kesehatan yang kian meningkat.
Menurut Koordinator RS Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Mayjen TNI Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.S.,M.A.R.S., M.H, dengan bertambahnya tingkat hunian RSDC, menunjukkan masih banyaknya yang tertular covid 19 di masyarakat, sehingga berakibat adanya peningkatan hunian di rumah sakit.
"Nah, di rumah sakit Wisma Atlet ini kalau kemarin (21/1/202) memang 82,72% ya tapi laporan pagi tadi, tingkat huniannya turun menjadi 77, 63% dari 5.994 tempat tidur yang tersedia, saat ini terpakai 4.653 pasien"terang dr. Tugas Ratmono, pada talkshow “Update RS Darurat Wisma Atlet: Kesiapan Rumah Sakit Darurat Daerah" di Media Center Graha BNPB Jakarta, Senin (25/1/2021).
Kondisi ini, lanjut dr. Tugas tidak terlepas dari PPKM, sejak 11 Januari hingga saat ini fluktuasi pasien yang keluar/ masuk ke rumah sakit darurat Wisma Atlet masih relatif sama, rata-rata antara 350 sampai 400 pasien perhari.
"Jadi memang rangenya antara 75 hingga 84 persen jadi ini saya kira fluktuasi yang masih terjadi dalam minggu-minggu ini mulai dari tanggal 11 sampai dengan 25 Januari ini" rinci dr. Tugas menjelaskan.
Oleh karenanya, dr. Tugas mengatakan, RSDC Wisma Atlet akan tetap harus waspada dan mengantisipasi untuk melakukan penanganan dengan baik dan mencegah agar kondisi pasien pasien tidak menjadi lebih buruk namun berangsur membaik.
Bangun Rumah Sakit Lapangan RSDC.
Pada forum yang sama, Walikota Bogor Bima Arya mengatakan, tahun lalu pihaknya mengadakan simulasi model yg memprediksi diakhir tahun 2020 akan terjadi lonjakan. Dan di titik ini membutuhkan penanganan yang lebih, namun di Bulan November trend lonjakan itu sudah terjadi.
Bulan November tren di Kota Bogor, sebagai penyangga Ibukota, sudah naik dan mulai ada keluhan dari warga ada pasien yang tidak mendapatkan tempat tidur, ambang batas WHO 60%, namun waktu itu merambat hingga 80%.
Hal ini menurut Bima Arya sangat berbahaya, karena kalau warga tidak kebagian ruang isolasi, kemudian terpaksa isolasi mandiri di rumah, maka berpotensi meningkatkan kluster keluarga karena mereka akan menyebarkan di keluarganya.
"Oleh karena itu saya minta agar Dinas Kesehatan dan RSUD untuk segera menambah fasilitas ruang isolasi baik untuk Orang Tanpa Gejala dan orang dengan gejala. Dalam waktu relatif singkat, rumah sakit darurat tanggal 18 januari selesai dibangun di lokasi wisma atlet." Kata Bima Arya.
Bima Arya menambahkan Rumah sakit darurat ini di akses bagi orang dengan gejala ringan dan dengan komorbid, jika tidak ada, bisa isolasi mandiri di rumah.
Namun apabila dengan komorbid harus ada pengawasan khusus, yang gejala ringan dengan komorbid diperbolehkan untuk difasilitasi di RSDC Wisma Atlet di komplek GOR.
Diketahui RSDC Wisma Atlet Bogor ini, sebelumnya merupakan sekolah olahraga, penginapan atlet dan aktivitas kegiatan kepemudaan dan disulap dan waktu dua pekan menjadi Rumah sakit lapangan, ada 7 bed IGD, 2 ICU, 64 bed untuk tekanan isolasi negatif.
"Tadi pagi saya cek tingkat huniannya 29% ini masih mampu ditangani, apabila full bed, kita akan tambah Nakes, saat ini baru ada 225 orang, ada dokter spesialis, kemudian dokter umum, ada perawat dan karyawan" tutup Bima Arya.(db-fbbnpb-aap).