DBFMRadio.id – Tahun 2025 menjadi momen bersejarah dan penuh kebanggaan bagi masyarakat Desa Tajimalela, atau yang akrab disebut Way Kuyung, melalui suara hangat dan inspiratif dari Kepala Desa Tajimalela, Qomaruddin Akbar, yang diunggah melalui media sosialnya dengan judul penuh makna: "Tinta Pena Itu Berwarna Hitam."


Dalam unggahannya, Qomaruddin mengenang bagaimana stigma negatif sempat melekat kuat pada desa tercinta, bahkan hingga ke urusan asmara masa muda. “Dulu kami sempat dianggap sebelah mata. Mau ngapel aja susah dibukain pintu karena dianggap orang Way Kuyung itu suka…,” tulisnya dengan jujur dan sedikit berkelakar, merujuk pada pandangan miring terhadap pemuda desanya sebelum era 2000-an.


Namun, seiring berjalannya waktu dan tumbuhnya kesadaran kolektif, generasi muda Way Kuyung mulai menata diri, berbenah, dan membangun reputasi desa melalui pendidikan, disiplin, dan prestasi.


“Alhamdulillah, perlahan stigma itu memudar. Pemuda-pemudi mulai sadar bahwa nama baik kampung adalah tanggung jawab bersama,” tulis Qomaruddin.


Tahun 2025 disebutnya sebagai titik balik kebangkitan REWAKAS (Remaja Way Kuyung Asli). Prestasi demi prestasi berhasil ditorehkan para muli-mekhanai desa ini, mulai dari kelolosan di Universitas Padjadjaran, 10-an pemuda lolos seleksi TNI-POLRI, hingga ada satu putri desa yang berhasil masuk KOWAD.


Salah satu momen yang sangat membanggakan adalah wisuda Haikal Yoga Kurnia, S.Tr. IP, sebagai Praja IPDN, yang menjadi lulusan pertama dari Desa Tajimalela di institusi pemerintahan prestisius tersebut. Menurut Kades Qomaruddin, nama Haikal akan dikenang sebagai pionir dan inspirator.


“Jejak ini akan menjadi contoh bagi generasi Tajimalela ke depan. Dulu IPDN itu bahkan asing di telinga kami,” ungkapnya.


Dalam tulisannya, Qomaruddin juga menyisipkan pesan penuh semangat untuk generasi muda REWAKAS:


“Tetap semangat kejar cita-cita kalian meski dengan segala keterbatasan. Tetap jaga kekompakan serta Jaga Gelakh Betik Pekon (Jaga Marwah Desa)" tulisnya.


Sebagai penutup, Kades Tajimalela menegaskan bahwa narasi ini lahir dari pengalaman pribadi, suara masyarakat, dan dengan izin dari pihak keluarga yang disebut dalam unggahannya. Ia menyampaikan permohonan maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan, dan menegaskan bahwa semua ini adalah ungkapannya sebagai anak kampung yang bangga menjadi REWAKAS.


“Tinta pena itu berwarna hitam. Tapi tulisannya bisa jadi sejarah emas untuk desa kita” jelas Qomaruddin Akbar.


Dengan semangat yang terus menyala dan langkah-langkah prestasi yang nyata, Desa Tajimalela kini telah menorehkan warna baru di peta pembangunan sumber daya manusia Lampung Selatan. (Arya)