22:50:01 DBFMRadio.id : Jakarta - Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indra Darmawan pada diskusi Virtual Ngobrol Tempodotco, membahas tentang "Peluang Investasi dan Pengembangan Riset Teknologi di Indonesia" Jumat (21/05/2021) mengatakan, Trend investasi digital adalah kegiatan ekonomi yang menggunakan digitalisasi atau alat digital sebagai alat untuk melakukan kegiatannya maka secara signifikan bahwa trend investasi sangat marak.
Ekonomi digital tersebar dibeberapa sektor dari mulai telekomunikasi, transportasi, makanan, minuman dan berbagai sektor lain. Untuk telekomunikasi, pada triwulan 1 sudah mencapai Rp. 25 triliun
"Itu hanya penambahan sektor saja, yang paling besar adalah telekomunikasinya", justru Transportasi dan pergudangan turun minus 13%, jadi yang meningkat itu adalah telekomunikasinya", kata Indra.
Dengan adanya gairah ekonomi digital ini, lanjut Indra, menunjukkan ada kemudahan untuk para investor sehingga berminat menanamkan modal di Indonesia.
"Memang, sasaran utama dari UU Cipta Kerja adalah investasi yang sudah masuk ke level implementasi. Dalam waktu 4 bulan setelah berhasil menerbitkan 6 peraturan pemerintah dan 4 rancangan peraturan presiden turunan dari UU Cipta Kerja" jelasnya.
Sementara, saat ini BKPM sedang melakukan uji coba platform perizinan baru, yang akan di launching tanggal 2 Juni 2021 mendatang. Dengan Online Single Submission (OSS) Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama Menteri, Pimpinan Lembaga, Gubernur, atau Bupati/Wali Kota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi guna mempermudah dan mempercepat proses perizinan.
Kemudian lanjut Indra, Ada beberapa Permasalahan yang menghadang dibidang investasi yang sering dikeluhkan para investor, secara umum adalah masalah pembebasan tanah, regulasi dan permasalahan kebijakan.
Bidang teknologi digital/ICT terlihat sangat pesat dengan adanya inovasi dibandingkan dengan regulasi yang tertinggal. Regulasi terhadap pesatnya perkembangan teknologi melalui inovasi yang pesat.
Adanya masalah pendekatan uji coba dan pendekatan untuk menumbuhkan inovasi sebelum diatur dengan baik dan sudah teridentifikasi pesatnya dan juga perlu meningkatkan level literasi digital bagi para pelaku UKM.
Pemanfaatan teknologi digital meningkatkan efisiensi, produk, output atau produksi sehingga meningkatkan prokdutivitas, semakin tinggi penggunaan teknologi semakin tinggi produktivitasnya.
"Bahwa potensi untuk pengembangan ekonomi digital berbasis teknologi di Indonesia sangat besar dan memahami bahwa semua bisa digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran bangsa," tutup Indara
Di forum yang sama, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengungkapkan ada beberapa hambatan utama riset di Indonesia, pertama adalah riset di Indonesia didominasi oleh pemerintah. Kemudian yang kedua, masalah fundamental riset Indonesia adalah critical must yang masih rendah, terkait dengan sumber daya manusia, infrastruktur, maupun anggaran.
"Jadi itu sebabnya dibentuk BRIN, karena kami diminta mengkonsolidasi sumber daya iptek dan sumber daya riset yang dimiliki pemerintah," kata Laksana.
Salah satu problem fundamental yang menghinggapi komunitas para riset BRIN, Lanjut Laksana, masih berpikirnya linier dimana masih meriset teknologi dan mencari pemakai teknologi yang sudah tersedia.
"Badan Riset Inovasi Nasional adalah milik negara, BRIN siap menjadi fasilitator untuk masyarakat dan juga industri baik pemerintah maupun swasta, untuk melakukan pengembangan produk development berbasis riset", tutup Laksana.(db-youtubetempodotco-bgpsp-aap).