DBFMRadio.id, LAMPUNG SELATAN – Program kemitraan pengurangan risiko bencana yang diinisiasi oleh Paluma Nusantara resmi diperpanjang melalui fase lanjutan bertajuk Sprint II (Strengthening Partnership for Community Resilience in Indonesia and Timor Leste II). Kepastian ini disampaikan dalam lokakarya sosialisasi program Mitra Tangguh yang digelar pada Rabu, (18/06/2025).
Project Manager Sprint, Nanang Priyana, mengungkapkan bahwa aktivitas Paluma Nusantara di Kabupaten Lampung Selatan akan berlangsung selama 20 bulan ke depan, terhitung sejak Juni 2025 hingga Januari 2027.
“Kami ucapkan terima kasih atas dukungan Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan, pemerintah desa, serta partisipasi aktif masyarakat, khususnya di Desa Canti dan Rajabasa yang telah merasakan langsung manfaat program ini,” ujarnya.
Nanang menegaskan, fase kedua atau Sprint II ini merupakan penyempurnaan dari fase sebelumnya, yang bertujuan memperkuat kemitraan lintas sektor dan meningkatkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi risiko bencana.
Sementara itu, Bupati Lampung Selatan Radityo Egi Pratama, dalam sambutannya yang dibacakan Plh Sekretaris Bappeda Lampung Selatan, Andi Nurizal, menyambut baik perpanjangan program tersebut. Ia menjelaskan bahwa Sprint adalah inisiatif strategis berbasis Community Based Disaster Risk Management (CBDRM), yang menjadikan masyarakat sebagai pelaku utama dalam pengurangan risiko bencana.
“Pada fase pertama, Sprint telah dilaksanakan di Desa Canti dan Rajabasa sejak Desember 2023 hingga Maret 2025. Evaluasi menunjukkan partisipasi aktif masyarakat secara signifikan meningkatkan kesadaran dan kapasitas dalam mitigasi risiko bencana,” kata Andi Nurizal.
Menurutnya, Sprint II akan melanjutkan dan menyempurnakan berbagai capaian tersebut, dengan harapan program ini dapat bertransformasi menjadi gerakan kolektif jangka panjang.
“Kami berharap Sprint II tidak hanya menjadi proyek temporer, tetapi menjadi bagian integral dari budaya sadar bencana yang tumbuh dari komunitas untuk komunitas. Sinergi antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi, media, dan relawan harus terus diperkuat untuk menciptakan ketangguhan masyarakat secara berkelanjutan,” tegasnya.
Program Sprint II ini sekaligus menjadi penanda komitmen Lampung Selatan dalam membangun sistem penanggulangan bencana yang inklusif dan partisipatif, serta memperkuat daya tahan masyarakat dalam menghadapi berbagai potensi risiko bencana di wilayah pesisir dan rawan bencana seperti Rajabasa. (Indah/Siska)