DBFMinfo (Bakauheni) : Seratusan ekor anak penyu (tukik) saling berkejaran di dalam kolam penangkaran seluas 2 x 2.5 meter persegi.
Tukik-tukik ini merupakan hasil penangkaran di kawasan Pantai Minang Rua, Desa Klawi, Kecamatan Bakauheni Lampung Selatan yang dilakukan Pokdarwis setempat. Ratusan tukik tersebut tinggal menunggu usia yang tepat untuk kembali dilepasliarkan ke habitatnya di laut.
Pasca tsunami selat sunda 22 Desember 2018, pemandangan seperti itu sudah tidak lagi kita temukan. Bagaimana tidak, menurut anggota Pokdarwis Pantai Minang Rua Heri Juna semua pantai yang berada di Kecamatan Bakauheni, Pantai Tanjung Tuha, Pantai Minang Rua, Pantai Belebuk, mengalami dampak tsunami, termasuk penangkaran tukik di pantai minang rua.
" Ya, kondisi penangkaran Tukik lumayan berkembang, sudah beberapa kali kami melakulan pelepasan Tukik, bisa 10 hingga 20 ekor sekali melepas, baik dari Kementrian Kelautan dan Perikanan maupun komunitas, namun setelah tersapu Tsunami semuanya musnah." terang Heri Juna.
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Minang Rua, kata Heri Juna, telah merefitalisasi sarana dan prasarana pantai, namun untuk penangkaran Tulik, baru akan dilakukan, karena bulan Juni - Juli inilah saatnya Penyu kepantai dan bertrlur.
"Kami (pokdarwis) secara bertahap melakukan normalisasi fasilitas pantai, namun untuk penangkaran tukik baru pada bilan 6 & 7 ini, pas penyu naik" jelas Heri lagi.
Diketahui, Pantai yang berada di pesisir Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan ini memiliki pesona tersendiri. Pantai Minang Rua memiliki pasir putih yang cukup bersih, serta gugusan dinding batu cadas atau grand Cannon serta fasilitasi cano dan wahana untuk jumping dari tebing ke arah laut. Di pantai ini juga ada spot untuk diving melihat kumpulan ikan nemo. Pengunjung pun tidak perlu khawatir akan kelaparan. Di sekitar kawasan pantai kini sudah ada pedagang makanan dengan harga yang terjangkau.(aap).