DBFMRadio.id – Desa Bumi Restu, Kecamatan Palas, merayakan hari jadinya yang ke-55 dengan nuansa budaya yang kental. Peringatan tersebut digelar di Balai Desa Bumi Restu, Dusun Way Buha RT 021/RW 006, pada Kamis malam (21/8/2025), dan dihadiri langsung Wakil Bupati Lampung Selatan, M. Syaiful Anwar.


Acara semakin meriah dengan pagelaran Wayang Kulit bertema Wayang Wahyu Triangga yang dibawakan dalang Ki Kunto Guritno, S.Sn. Kehadiran seni tradisi ini disambut antusias warga, yang tumpah ruah menyaksikan pertunjukan hingga larut malam.


Dalam sambutannya, Wabup Syaiful menyampaikan selamat ulang tahun kepada seluruh warga Desa Bumi Restu. Menurutnya, usia 55 tahun adalah perjalanan panjang dalam membangun jati diri desa, memperkuat solidaritas, sekaligus menjaga budaya leluhur.


“Wayang kulit bukan sekadar tontonan, tetapi warisan nilai. Nilai kejujuran, keadilan, keberanian, bahkan kepemimpinan. Di tengah derasnya arus digital, kita hadir untuk meneguhkan identitas dan merawat budaya,” ujar Wabup Syaiful.


Ia menegaskan, pelestarian seni tradisi sejalan dengan misi pembangunan kebudayaan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Wayang kulit, lanjutnya, telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia, sehingga perlu terus diperkenalkan pada generasi muda.


“Hari ini anak-anak kita lebih mengenal tokoh game dibanding tokoh Mahabharata. Itu bukan salah mereka, melainkan tanggung jawab kita. Acara seperti ini adalah edukasi publik yang menyenangkan, menghibur, sekaligus sarat makna,” tambahnya.


Menutup sambutannya, Wabup Syaiful memberikan apresiasi khusus kepada dalang Ki Kunto Guritno yang dinilainya berperan besar dalam melestarikan seni pedalangan di Lampung.


“Beliau sosok penting yang mendedikasikan diri menjaga tradisi. Mari kita nikmati pagelaran ini bukan hanya dengan mata, tetapi dengan hati. Dari sanalah kita belajar menjadi manusia yang utuh, yang tahu asal-usul dan yakin pada masa depannya,” katanya.


Malam itu, wayang kulit tidak hanya menjadi hiburan rakyat, tetapi juga pengingat akan pentingnya menjaga akar budaya di tengah derasnya modernisasi. (Arya)