DBFMRadio.id Kalianda : Curah hujan tinggi di sertai angin yang semakin tidak menentu akhir-akhir ini, dikhawatirkan akan terjadi bencana alam seperti gelombang tinggi di berbagai daerah.


Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) Pusat Dwikora Karnawati pada Webinar Sosialisasi Panduan Evakuasi Tsunami di masa Pandemi Covid-19 di Ruang Video Conference Aula Rajabasa Setdakab Lampung Selatan, Jum'at 05/06/2020, mengatakan sebelum bencana pandemi Covid 19 in, berdasarkan data di BMKG, sampai dengan tahun 2016 Indonesia terjadi gempa bumi dalam setahun itu ada 5.000 sampai 6.000 kali dengan tinggi gelombang 2 hingga 7 meter lebih.


Sedangkan pada tahun 2017 tercatat intensitas gempa melonjak menjadi 7.169. Dengan 174 alat yang terpasang sejak 2008 den pada tahun yang same juga ketidak adanya penambahan alat pendeteksi gempa, pada tahun 2018 intensitas gempa melonjak menjadi 11.926 kali.


" Tahun 2017 tercatat jumlah gempa sebanyak 7.169kali dan tahun 2018 sebanyak 11.926kali dengan jumlah pendeteksi alat yang tidak bertambah selama kurun waktu 10th" ujarnya.


Peringatan dini gempa bumi di Indonesia di berikan 5 menit setelah terjadi guncangan, dan di tahun 2019 BMKG sudah menambah 194 alat sensor gemp dalam waktu 6 bulan. Dan tahun ini rencananya akan menambah alat sensor gempa di Indonesia bagian timur untuk mempercepat informasi peringatan dini gempar bumi.


BMKG juga bekerjasama dengan BPPT secara teknologi untuk mempercepat waktu peringatan dini serta dengan pemasangan alat sensor gempa dan rondat tsunami dibawah laut agar bisa memprediksi adanya gempa yang berpotensi tsunami. Dan saat ini alat terpasang di selat sunda.


Pada Webinar yang diikuti oleh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) Lampung Selatan M Darmawan di Aula Rajabasa , Dwikorita juga menjelaskan seat ini pihaknya sudah bekerjasama dengan Cine untuk pemasangan alat pendeteksi gempa dan tsunami agar targetnya 15-30detik sebelum kejadian gempa bumi.


" Kita sudah dapat menangkap gelombang primer datangnya lebih dulu berkisar kira-kira 60 detik, jadi kita bisa mengambil golden Time sekitar 15 sampai 30 detik sebelum gempa dan tsunami terjadi" jelasnya.


Dalam rangka penyelamatan korban bencana gempa bumi dan tsunami di tengah pandemi covid-19, Dwikorita juga menghimbau untuk tetap dalam protokol Pencegahan penanganan covid-19 serta harus tetap memakai masker serta APD yang lengkap serta menjaga jarak.


"Harus tetap menjaga jarak, memakai masker serta tetap menaati protokol covid-19 dan harus di tangani oleh tenaga medis yang berk0mpeten karena pasien covid itu terdiri dari 3 kategori yaitu ODP‚PDP dan OTG" ungkapnya mengakhiri paparan. (db/Imhr-aap)