(DBFMRadio.id) : Kalianda - Jumlah Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Anak (AKI/AKB) di Lampung Selatan dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan secara signifikan, hal ini dibuktikan dengan menurunnya jumlah AKI sebanyak 27 kasus sedangkan jumlah AKB sebanyak 88 kasus selama tiga tahun terakhir.


Dengan rincian, jumlah AKI pada tahun 2017 sebanyak 11 kasus, 2018 sebanyak 8 kasus, 2019 sebanyak 8 kasus, sedangkan jumlah AKB 2017 sebanyak 35 kasus, 2018 sebanyak 29 kasus, dan 2019 sebanyak 24 kasus.


Persentase tertinggi penyebab kematian AKI di Lampung Selatan yakni pendarahan dan eklamsia, sedangkan AKB disebabkan karena asfiksia dan BBLR (Berat Badan Bayi Rendah).


Demikian disampaikan, Majelis Pertimbangan Etika Bidan (MPEB) Lampung Selatan, Sri Lestari, pada dialog publik Jelita (Jendela Informasi Wanita dan Anak) di Studio DBFM Radio, selasa (17/3/2020).


Sri Lestari mengatakan, dengan penurunan yang signifikan tersebut, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Lampung selatan tetap berupaya untuk menurunkan jumlah kematian AKB dan AKI di Lampung Selatan.


"Jumlah kematian AKB dan AKI di Lampung Selatan, menjadi tolak ukur kami, karena untuk provinsi kami masih tertinggi (Jumlah kematian AKB dan IKI), dan ini menjadi beban dan PR kami kedepannya," jelasnya.


Pada dialog publik yang diampu oleh Lydia Monica Hatu Riwu, Sri Lestari turut menjelaskan tentang penyakit eklamsia yang menjadi penyebab kematian AKI pada saat hamil.


"Terjadi pada ibu hamil dengan latar belakang hipertensi, pada saat mengandung, kita bisa menekan apabila ANC (Antenatal care) dengan mengikuti prosedur maka dapat menekan eklamsia, penekanan ini dapat diatasi mulai dari preeklamsia," terang Sri Lestari.


Sri Lestari juga menjelaskan tentang tentang tanda adanya preeklamsia pada ibu hamil, yakni tekanan darah >140/90 mm Hg, ditemukannya protein pada urin, dan bisa disertai dengan pembengkakan pada tungkai.


"Pada waktu kehamilan tekanan darah 120/30 mm Hg jangan dikatakan biasa-biasa saja, tapi harus ada waspada eklamsia, pemeriksaan labolatorium tentang urin. Kita harus waspada sedari dini," terang Sri Lestari lebih jauh.