DBFMRadio.id : Jakarta - Vaksin Covid 19, diharapkan dapat mempercepat masa pandemi di Indonesia, karena program imunisasi vaksin selalu dihubungkan dengan munculnya daya lindungnya.


Penemu Vaksin pertama adalah Dr. Edward Jenner dari Inggris, penemu vaksin cacar di abad ke-18 atau Tahun 1790.


"Beliau mengamati fenomena alam di waktu itu sedang terjadi wabah cacar mematikan sangat menular, namun mengapa pemerah susu terhindar dari cacar. Ternyata benar virus cacar pada sapi adalah virus vaksinia, dan ternyata ada sesuatu pada sapi perah yang memberikan kekebalan kepada para pemerah tersebut" terang Prof. Dr. dr. HIndra Irawan Satari Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pada Dialog Produktif Keamanan Vaksin dan Menjawab KIPI, Kamis (19/14/2020).



Menurut Prof. Indra, untuk sampai pada vaksin di daftarkan di suatu negara, harus melalui uji klinik. Secara klasik diawali dengan dari reclinical, maksudnya bakal vaksin itu disuntikkan kepada hewan percobaan.


"Apa yang dinilai, keamanan. Vaksin sudah dirancang dan diberikan kepr hewan yang percobaan, jika tidak cacat, atau mati dan tidak menimbulkan efek samping baru masuk fase klinik pertama, kepada beberapa puluh relawan." kata Prof. Indra.



Selanjutnya Para relawan itu, dinilai soal keamanan, kemudian baru immunogenicity nya atau daya lindung vaksin tersebut. Setelah terbukti aman dan ada bukti daya lindung, baru masuk ke fase 2, ini pun diberikan kepada ratusan relawan, di sini telah ditetapkan misalnya dosis rendah kemudian diberikan selang 4 Minggu, dan juga diuji keamanannya dan daya lindung, berapa antibody yang terbentuk.


"Kemudian baru setelah aman dan terbukti daya lindungnya, baru masuk fase 3, seperti yang kita lakukan untuk vaksin merah putih, di jadikan program nasional." rinci Ptof. Indra.


Apabila syarat-syarat sudah terpenuhi barulah keluar registrasi dan untuk vaksin covid 19 sudah masuk fase 3. (db/fmb9kip-aap).