DBFMRadio.id, LAMPUNG SELATAN - Gelaran pentas seni tradisional Srawung Seni Sawah di Desa Triharjo, Kecamatan Merbaumataram, Lampung Selatan berlangsung meriah.


Kemeriahan kian pecah tatkala Bupati dan Wakil Bupati terpilih Radityo Egi Pratama – M. Syaiful Anwar hadir guna menyaksikan kegiatan tersebut.


Para penyaji seni itu bahkan ada yang berasal dari luar negeri seperti Jepang, Meksiko dan Ekuador. Adapun perform dari lokal berasal dari daerah Solo, Klaten, Magelang, Semarang, Tuban, Malang, Purbalingga, Indramayu, serta beberapa SD, SMP, SMA di Lampung.


Kegiatan itu diinisiasi oleh seniman tari Agus Gunawan bersama Komunitas Anak Sawah Merbau Mataram.


Dan kepanitiaan dibantu oleh Pemdes Desa Triharjo dan Karang Taruna, serta mendapat dukungan pecinta budaya sekaligus Anggota DPRD Lampung Selatan dari Fraksi Partai Gerindra H. Dwi Riyanto.


Dwi Riyanto mengatakan gelaran Srawung Seni Sawah bertujuan untuk menjadikan acara tersebut sebagai event wisata budaya tahunan yang ada di Kabupaten Lampung Selatan.


Ia mengatakan, selain sebagai tontonan dan sarana untuk menampilkan bakal dan kreatifitas generasi muda, kegiatan itu diharapkan bisa menjadi wadah generasi muda untuk meningkatkan literasi dan edukasi.


"Mudah-mudahan bisa memberikan edukasi kepada anak dan generasi penerus tentang kearifan lokal dalam memperlakukan alam,” kata Dwi Riyanto.


Dwi yang dijuluki Dewan Konco Yasinan itu memang merupakan salah satu tokoh masyarakat yang mencintai seni dan budaya.


Ia menyampaikan ucapan terima kasih atas kerjasama warga dalam menyelenggarakan kesuksesan acara tersebut.

Padahal selama ini acara Srawung Seni Sawah belum pernah mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten dan Dinas Pariwisata Lampung Selatan.

"Alhamdulillah, saya bersyukur Bupati terpilih berkenan hadir dan memberikan dukungan serta akan menjadikannya sebagai salah satu destinasi wisata budaya dan edukasi di Lampung Selatan,” ujarnya

Kepala Desa Triharjo Santoso mengungkapkan bahwa misi Srawung Seni Sawah untuk mengajak anak sekolah terjun ke sawah dan memahami proses awal saat padi di tanam hingga berada di atas meja.

"Dalam hidup dan kehidupan tidak ada yang instan. Anak-anak perlu diberi tahu bahwa nasi yang ada di meja berasal dari proses panjang dan susah payah. Dalam proses itu mengajarkan kesabaran dan rasa syukur. Kami berharap desa kami menjadi desa wisata budaya," ujar Santoso. (*)ran