DBFMRadio.id - Suasana malam di Desa Purwodadi Dalam, Kecamatan Tanjung Sari, Lampung Selatan, berubah menjadi panggung budaya yang penuh makna pada Jumat malam (25/7/2025). Ribuan warga memadati Lapangan Tunas Jaya untuk menyambut Tahun Baru Islam 1447 Hijriah dengan cara istimewa: menyaksikan pagelaran wayang kulit lakon Wahyu Cakraningrat, yang sarat akan pesan kepemimpinan dan nilai spiritual.


Pagelaran budaya ini menghadirkan perpaduan harmonis antara spiritualitas Islam dan pelestarian warisan budaya Jawa yang masih mengakar kuat di tengah masyarakat. Tokoh utama dalam lakon Wahyu Cakraningrat menggambarkan sosok pemimpin ideal bersih hati, adil, dan berpihak kepada rakyat—sebuah narasi yang relevan di tengah tantangan pembangunan masa kini.


Hadir langsung dalam acara tersebut, Bupati Lampung Selatan, Radityo Egi Pratama, menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif masyarakat yang terus menjaga tradisi leluhur.


“Wayang ini bukan hanya seni, tapi pelajaran hidup. Wahyu Cakraningrat adalah simbol dari tekad membangun peradaban, bukan sekadar infrastruktur,” ujar Bupati Egi dalam sambutannya.


Ia menegaskan bahwa pembangunan di Lampung Selatan akan terus didorong secara adil dan merata di seluruh wilayah.


“Pembangunan jalan kita rancang adil, bukan lambat. Semua 17 kecamatan akan mendapat porsi. Kami ingin pembangunan yang cepat dan merata,” tambahnya.


Acara yang digelar secara swadaya oleh warga ini menjadi bukti kuatnya semangat gotong royong dan cinta budaya di Desa Purwodadi Dalam. Kepala Desa, Ngadiran, menjelaskan bahwa tradisi wayang kulit telah menjadi bagian penting dari identitas kultural desa mereka.


“99 persen warga kami adalah keturunan Jawa. Wayang kulit ini tradisi tahunan yang kami jaga dengan bangga,” ungkap Ngadiran.


Sebagai simbol dimulainya pertunjukan, Bupati Egi secara simbolis menyerahkan tokoh wayang kepada dalang Ki Didik Purwo Wisesa. Dengan iringan gamelan yang menggema syahdu, suasana malam itu dipenuhi nuansa sakral dan harapan baru.


Pagelaran wayang kulit ini tidak hanya menjadi hiburan rakyat, tapi juga wahana edukasi yang membangkitkan nilai-nilai kearifan lokal dalam menyongsong tahun baru Islam. Di tengah arus modernisasi, Desa Purwodadi Dalam membuktikan bahwa budaya dan spiritualitas dapat bersanding indah sebagai fondasi masyarakat yang maju dan berakar. (Arya)