DBFMinfo (Kaianda) : Pemerintah Kecamatan Palas Lampung Selatan telah mengidentiikasi potensi yang ada di Kecamatan yang memiliki 21 Desa ini, sesuai kearifan lokal dan berkomunikasi dengan team inovasi desa yang melakukan survey di semua Desa untuk menggali potensi tersebut.


Camat Palas Rika Wati pada Dialog Interaktif Warta Desa di Radio DBFM LPPL Lampung Selatan Rabu (24/7/2019) mengatakan, sesuai geografis Kecamatan palas, mata pencaharian kecamatan yang berpenduduk 57 ribu jiwa lebih ini, sebagaian besar bermata pecaharian pertanian dan budidaya air tawar.


“Untuk menggali potensi yang yang ada di Kecamatan Palas, kami sudah mengidentifikasi potensi yang ada sesui kearifan lokal dan berkoordinasi dengan Tim Inovasi Desa. Mata pencahariannya sebagian besar tani dan budidaya air tawar”terang Rika Wati Rabu (24/7/2019).


Rika Wati Sarjana Sains Terapan Pemerintahan, Alumni Institut Pemerintahan Dalam Negri (IPDN) yang juga Magister Management ini juga menerangkan, untuk mengembangkan budidaya ikan air tawar di Kecamatan Palas, pihaknya juga telah melakukan inisiasi dan memberikan bantuan benih ikan patin agar kedepan Palas menjadi sentra budidaya ikan air tawar khususnya patin demikian pula hanya dibidang pertanian membantu bibit padi untuk 7.200 hektar lahan sawah.


“Dalam hal ini, kami dari kecamatan sudah menginisiasi dalam rangka pembinaan dan tahun kemarinpun (2018 : red) melakukan pembinaan terhadap Kelompok Tani Perikanan (Poktanan) dengan memberikan benih ikan patin yang sesuai dengan potensi yang ada di Kecamatan palas dan dalam hal ini juga  ada dari potensi pertanian karena Kecamatan Palas ini terdiri dari tujuh ribu dua ratus hektar lahan sawah” Jelas dia.


Pada bagian lain, menangapi keluhan  sahabat DBFM, Erman Baong yang mengeluhkan setiap dimusim kemarau harus membeli air untuk mengairi sawahnya RP.1.500.000 /hektar. Sementara dari Comben Produk Alat Mesin Pertanian (Alsintan) dan waktu panen mereka minta seper 8 dari hasil panen ditambah biaya lain-lain Rp. 2.400.000 hingga Rp. 2.600.000/hektar, Ria Wati berkilah akan berkoordinasi dengan pihak Comben, karena pihaknya juga telah mnelesaikan kasus yang sama, karena penggunaan Alat mesin pemotong padi jenis Comben harvester milik swasta ini, biaya operasionalnya dibebankan kepada pemakai/petani.


“Kami juga pernah menyelesaikan permasalahan seperti itu, karena memang kalau menggunaan alsintan tersebut, kita perlu biaya operasional yang dibebankan para petani yang menggunakan alsintan tersebut, ya mudah-mudahan nanti ada solusinya” janji Rika Wati menutup dialog.(aap).