DBFMRadio.id – Di bawah kemegahan Menara Siger, ikon kebanggaan di titik nol Pulau Sumatera, Sang Saka Merah Putih berkibar gagah pada peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, Minggu (17/8/2025). Momen sakral itu meninggalkan kisah haru yang menyentuh hati, sekaligus membangkitkan rasa bangga.


Di tengah formasi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Kabupaten Lampung Selatan, sosok Gabriel Alexander Gaibida Mote, pelajar SMA Kebangsaan asal Papua Tengah, menjadi sorotan. Sebagai Danpok 17, Gabriel berdiri tegap memimpin barisan, mengemban amanah untuk mengibarkan Merah Putih di langit Lampung Selatan.


Yang membuat momen ini semakin istimewa, di antara ribuan pasang mata yang menyaksikan, hadir sosok Selpiana Magai, ibunda Gabriel. Ia rela menempuh perjalanan jauh dari Nabire, Papua Tengah, demi mendampingi sang anak di hari bersejarah ini.


Dengan mata berkaca-kaca, Selpiana nyaris tak kuasa menahan tangis saat melihat putranya berdiri gagah di tengah lapangan, mengibarkan bendera pusaka.


“Saya bangga sekali bisa melihat anak saya bertugas di sini. Semua lelah perjalanan hilang, diganti kebahagiaan yang tidak bisa saya ucapkan dengan kata-kata,” tutur Selpiana dengan suara bergetar.


Air mata bahagia itu menjelma simbol kasih seorang ibu, sekaligus simbol kehadiran Papua di jantung perayaan kemerdekaan di Sumatera.


Bagi Gabriel sendiri, tugas ini adalah pengalaman yang tak akan pernah ia lupakan. Dengan nada penuh semangat, ia mengungkapkan rasa syukur sekaligus tekadnya sebagai bagian dari generasi penerus bangsa.


“Saya merasa terhormat bisa mengibarkan Merah Putih di Menara Siger. Ini bukan hanya kebanggaan untuk saya dan keluarga, tapi juga untuk Papua. Saya ingin terus berkontribusi bagi Indonesia, di mana pun saya berada,” ucap Gabriel dengan tegas.


Kata-kata itu menggambarkan semangat anak muda yang menjadikan pengibaran bendera bukan sekadar tugas seremonial, melainkan panggilan jiwa.


Kisah Gabriel dan ibunya menjadi warna tersendiri dalam peringatan kali ini. Kehadiran mereka tidak hanya melengkapi kebahagiaan pribadi, tetapi juga menghadirkan pesan kuat tentang persatuan bangsa. Dari Nabire hingga Kalianda, dari timur hingga barat, Merah Putih menyatukan semua anak negeri dalam semangat yang sama: cinta tanah air.


Upacara di Menara Siger sendiri memiliki makna mendalam. Bangunan ikonik berbentuk siger—mahkota khas perempuan Lampung menjadi simbol keanggunan, identitas budaya, sekaligus kebersamaan masyarakat.


Bupati Lampung Selatan, Radityo Egi Pratama, yang bertindak sebagai inspektur upacara menegaskan hal itu dalam amanatnya.


“Menara Siger adalah ikon Lampung Selatan, simbol budaya dan kebanggaan kita,” tegasnya.


Di balik gegap gempita peringatan kemerdekaan, kisah Gabriel dan Selpiana menjadi pengingat bahwa kemerdekaan adalah milik seluruh rakyat Indonesia. Bahwa di setiap kibaran Merah Putih, tersimpan harapan, kebanggaan, dan pengorbanan, yang menyatukan bangsa ini dari Sabang hingga Merauke.


Dan pagi itu, di bawah langit cerah Kalianda, Menara Siger bukan hanya saksi berkibarnya bendera, melainkan juga saksi tumbuhnya cerita indah tentang persatuan, cinta keluarga, dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. (Arya)