DBFMRadio.id - Angin laut berembus kencang di Pulau Sebuku. Ombak berkejaran di tepian, sementara rombongan Bupati Lampung Selatan Radityo Egi Pratama bersama Wakil Bupati M. Syaiful dan sejumlah pejabat daerah melangkah menapaki tanah bersejarah, Rabu, (13/08/2025).
Kunjungan kerja ke Kecamatan Rajabasa ini membawa mereka pada sebuah persinggahan tak biasa, sebuah sudut sunyi yang nyaris terlupakan yakni makam seorang tentara Belanda yang gugur pada abad ke-19.
Di ujung pulau yang dikelilingi laut biru, berdiri nisan tua, sederhana namun sarat makna. Menurut penuturan warga, nisan itu adalah saksi bisu pertempuran di Selat Sunda tahun 1942.
Kala itu, bentrokan di laut melibatkan kapal milik Amerika dan Belanda. Dua kapal tenggelam di sekitar Pulau Suak, tak jauh dari Pulau Sebuku. Salah satu tentara Belanda yang gugur dimakamkan di lokasi ini.
Kini, makam tersebut hampir tersembunyi oleh riwayat panjang dan perubahan zaman. Rumput liar mengelilingi, dan hanya sedikit orang yang tahu kisah di baliknya.
Usai berkunjung, Bupati Egi mengungkapkan bahwa kementerian terkait telah merencanakan pemindahan makam tersebut.
“Nanti akan ada pemindahan makam yang dilakukan oleh kementerian, tentu dengan memperhatikan nilai sejarah dan menghormati para almarhum,” jelasnya.
Bagi banyak orang, Pulau Sebuku dikenal dengan pantai berpasir putih dan panorama lautnya yang memukau. Namun, bagi Bupati dan rombongan, perjalanan ini adalah pengingat bahwa di balik keindahan alam, tersimpan fragmen sejarah yang turut membentuk identitas Lampung Selatan.
Dengan langkah meninggalkan lokasi makam, laut kembali menggaungkan iramanya, seolah mengingatkan bahwa sejarah tak pernah benar-benar hilang, ia hanya menunggu untuk ditemukan kembali. (Arya)