DBFMRadio.id — Udara malam di Taman Wisata Teropong Kota, Desa Sumur Kumbang, Kecamatan Kalianda, terasa lebih syahdu dari biasanya. Semilir angin yang turun perlahan dari lereng Gunung Rajabasa seakan membawa kabar gembira sebuah kabar tentang keberanian, cinta tanah kelahiran, dan semangat untuk mengangkat potensi wisata lokal ke mata dunia.


Malam itu, sosok Zita Anjani, Ketua Tim Penggerak PKK Lampung Selatan yang juga menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Pariwisata, baru saja menapakkan kaki kembali di bumi setelah mendaki puncak Gunung Rajabasa yang menjulang setinggi 1.281 meter di atas permukaan laut.


“Akhirnya bisa naik gunung di kampung halaman sendiri,” ujar Zita, dengan senyum lega yang tak bisa disembunyikan, menatap siluet Gunung Rajabasa yang perlahan hilang dalam gelap.


Pendakian dimulai pukul 14.00 WIB dari basecamp di Desa Sumur Kumbang. Jalur yang menanjak tajam dan berkelok tidak menyurutkan semangat tim. Cuaca yang bersahabat menjadi teman perjalanan hingga akhirnya, tepat pukul 17.30 WIB, mereka menginjakkan kaki di puncak.


Di sanalah, Zita berdiri dalam keheningan, dikelilingi angin dingin dan kabut yang tipis. Bukan sekadar perjalanan fisik, ini adalah perjalanan batin. Sebuah ekspedisi spiritual yang mempertemukan seseorang dengan akar dan jati dirinya.


Setelah santap malam singkat dan istirahat, perjalanan turun dimulai pukul 18.30 WIB. Menyusuri jalur hutan dalam gelap malam, rombongan akhirnya tiba kembali di basecamp pada pukul 22.00 WIB dengan tubuh lelah tapi hati penuh.


“Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar. Terima kasih untuk tim pendamping dan warga yang sudah menyambut dengan luar biasa hangat,” ungkap Zita penuh syukur.


Kepulangan Zita disambut langsung oleh Bupati Lampung Selatan Radityo Egi Pratama, jajaran pejabat daerah, pengurus PKK, kepala desa, hingga warga sekitar. Sambutan itu bukan hanya sebuah formalitas, tapi juga simbol nyata kebersamaan dalam upaya membangun potensi wisata berbasis budaya dan alam.


Gunung Rajabasa, bagi Zita dan banyak warga Lampung Selatan, bukan semata bentang alam. Ia adalah simbol harapan—bahwa dari tanah yang sederhana bisa lahir inspirasi besar. Bahwa dari pendakian fisik bisa terbit gagasan strategis untuk mengembangkan ekowisata, memberdayakan masyarakat lokal, dan memperkenalkan keindahan Lampung Selatan ke kancah nasional bahkan internasional.


Taman Wisata Teropong Kota malam itu menjadi saksi bisu lahirnya satu lagi kisah inspiratif. Di bawah cahaya bintang dan lampu taman yang temaram, jejak langkah Zita Anjani menjadi bukti bahwa cinta tanah kelahiran bukan hanya slogan, melainkan aksi nyata.


Melalui pendakian ini, ia menegaskan bahwa pembangunan daerah tak harus selalu dimulai dari rapat-rapat atau meja kerja. Kadang, cukup dari satu langkah kecil di jalur pendakian asal dilakukan dengan hati yang besar.


Lampung Selatan tak lagi hanya dikenal lewat berita, tapi melalui cerita-cerita perjuangan dan kecintaan warganya. Dan malam itu, Zita Anjani menuliskan satu bab penting dalam narasi itu. (Arya)