18:06:03 DBFMRadio.id : Bandarlampung - Puncak peringatan Hari Bhakti Radio Ke - 77, ditandai dengan penyulutan obor Tri Prasetya, oleh Direktur Utama LPP RRI Hendrasmo dan diikuti serentak seluruh Kepala RRI se Indonesia secara virtual, termasuk RRI Bandarlampung, Drs. H. Zahral Mutzaini. MM di Auditorium RRI Pahoman Bandarlampung.
Usai penyulutan obor Tri Prasetya, dalam sambutannya Hendrasmo mengingatkan, reformasi birokrasi pada dasarnya merupakan langkah utama untuk melakukan penataan, pembaharuan dan perubahan mendasar LPP RRI menjadi lebih baik.
"Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin mengingatkan kepada kita semua, bahwa reformasi birokrasi pada dasarnya merupakan langkah utama bagi kita, untuk melakukan penataan, pembaharuan dan perubahan mendasar, terhadap sistem penyelenggaraan dan pengelolaan lembaga penyiaran publik RRI" ujar Hendrasmo, Minggu (11/9/2022).
Perubahan yang dimaksud adalah menjadikam RRI lebih bersih, efektif, dan efisien, dengan pegawai berintegritas tinggi, jujur, produktif, dan melayani secara prima dalam rangka meningkatkan kepercayaan publik.
Untuk itu, dirinya minta para Direktur dan seluruh kepala satuan kerja, agar memastikan implementasi reformasi birokrasi berjalan secara konsisten pada masing-masing satuan kerja.
"Internalisasikan dan libatkan seluruh pegawai dalam pelaksanaan reformasi birokrasi." tegasnya.
Menurut Hendrasmo, LPP RRI secara terus menerus dan berkelanjutan berupaya meningkatkan kinerja dan reputasi RRI guna meningkatkan kepercayaan publik, baik dari sisi program siaran, infrastruktur maupun tata kelola lembaga.
"Hasilnya, tahun ini kita kembali mempertahankan untuk keempat kalinya opini WTP dari BPK RI, mempertahankan tingkat kepatuhan atas LHKPN 100 persen dari KPK RI dan tingkat kepatuhan LHK ASN dari Kemenpan RB , serta beragam penghargaan yang diraih LPP RRI." rinci dia.
Bentuk Organisasi Siaran Radio Nasional
Sementara ditempat yang sama, Ketua Dewan Pengawas LPP RRI Anwar Mujahid Adi Trisnanto mengajak angkasawan dan angkasawati RRI, memutar kembali ingatannya 77 tahun lalu, berdirinya RRI, sebulan setelah siaran radio Hoso Kyoku dihentikan tanggal 11 Agustus 1945.
"Mari kita bayangkan apa yang terjadi di kalangan pegawai pegawai radio Hoso Kyoku di Jakarta pada tanggal 11 September 1945, pukul 11.34 ini, tepat 77 tahun silam." kata Anwar Mujahid mengingatkan.
Sejumlah tokoh yang tidak akan bisa dilepaskan dari RRI, seperti Abdulrahman Saleh, Adang Kadarusman, Soehardi, Soetarji Hardjolukita, Soemarmadi, Sudomomarto, Harto dan Maladi, yang kecewa mendengar Presiden Soekarno tidak dapat menerima delegasi radio.
Padahal, terus Mujahid, Delegasi ini, ingin minta persetujuan presiden untuk menyelenggarakan konferensi delapan perwakilan radio Hoso Kyoku di pulau Jawa.
Konferensi ini dimaksudkan untuk membentuk organisasi siaran radio Nasional dan menguasai semua pemancar di 8 stasiun radio tersebut.
Abdulrahman Saleh yang menjadi ketua delegasi menguraikan garis besar rencana pada pertemuan tersebut. Salah satunya adalah mengimbau pemerintah untuk mendirikan radio sebagai alat komunikasi antara pemerintah dengan rakyat, mengingat tentara sekutu akan mendarat akhir September 1945. Radio dipilih sebagai alat komunikasi karena lebih cepat dan tidak terputus saat pertempuran.
"Tindakan ini mereka yakini sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi kedatangan tentara Inggris dan Nica yang diperkirakan akan datang akhir bulan September 1945. Pada 11 September 1945 pukul 17.00, delegasi radio sudah berkumpul di bekas gedung Raad Van Indje Pejambon dan diterima sekretaris negara." Katanya mengakhiri sambutannya.(db-aap).