DBFMRadio.id : Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, sepanjang tahun 2020 terjadi 8.264 kali gempa, angka ini mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, 11.515 kali gempa.


Gempa dengan Magnitudo kurang dari 5,0 264 kali,  Mognitudo lebih dari 5,0 ada 8.020 kali dan Gempa dirasakan sebanyak 754 kali. Sedangkan Wilayah yang sangat aktif yakni, Barat Aceh, SulawesiTengah, Gorontalo, Maluku Utara dan Pulau Seram.



Dari 8.264 kali gempa, ada 11 gempa yang daya rusaknya tinggi, Gempa Simeulue 7 Januari 2020 (M 6,1) merusak beberapa rumah. Gempa Seram Utara 8 Februari 2020 (M 5,4) merusak beberapa rumah. Gempa Sukabumi 10 Maret 2020 (M 5,1) merusak 760 rumah.


Berikutnya, Gempa Tapanuli Selatan 30 April 2020 (M 5,1) merusak 2 tempat ibadah dan 4 rumah, gempa Sabang 4 Juni 2020 (M 4,8) merusak beberapa rumah, gempa Maluku Utara 4 Juni 2020 (M 6,8) merusak ratusan rumah dan gempa (doublet eg) Bengkulu 19 Agust 2020 (M6,6) dan (M6,7) merusak beberapa rumah.


Kemudian gempa Talaud, 9 Sep 2020 (M 5,7) merusak 55 rumah, gempa Pangandaran 25 Okt. 2020 (M 5,6) merusak 29 rumah dan gempa Mamuju Tengah 28 November 2020 (M 5,3) merusak beberapa rumah serta Gempa Brebes-Kuningan 11 Desember 2020 (M 4,2) merusak 13 rumah.



Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam paparannya pada Webinar Kalaisodkop Bencana Alam 2020 Selasa (29/12/2020) menjelaskan, di Tahun 2021 wilayah Indonesia masih tetap aktif gempa karena rata-rata dalam setahun terjadi sekitar 6.000 kali, ini wajar karena sumber gempa kita sangat banyak, yaitu 13 segmen megathrust dan lebih dari 295 segmen sesar aktif.


"Kita perlu mewaspadai zona seismic gap, seperti zona subduksi Mentawai, selatan Banten- Selat Sunda, selatan Bali, Lempeng Laut Maluku, lempeng laut Filipina, dan Tunjaman Utara Papua, zona sesar Lembang, Segmen Aceh, Segmen Matano, dan Sesar Sorong" terang Daryono.


Daryono juga mengingatkan, agar selalu mewaspadai gempa bumi karena berdasarkan catatan katalog, gempa merusak tidak harus berkekuatan besar (M- 6,0) tetapi gempa dangkal berkekuatan 4,0 5,0 dapat merusak.


"Sebagai upaya mitigasi, membangun rumah tahan gempa di daerah rawan gempa adalah solusi utama dalam mengurangi bahaya dan risiko bencana gempa bumi" tukas dia.


Meskipun demikian, terus Daryono, harus selalu mewaspadai gempa berpotensi tsunami karena berdasarkan statistik setiap 2 tahun sekali di wilayah Indonesia terjadi gempa berpotensi tsunami, sementara tahun 2020 tidak terjadi gempa berpotensi tsunami.


"Sebagai langkah antisipasi masyarakat pesisir rawan tsunami wajib memahami konsep evakuasi mandiri." tutup dia.(db-bnpb-aap).