DBFMRadio.id : Jakarta , Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia ( PKJS -UI) telah melakukan penelitian "Gejala Sakit, Produktivitas, dan Utilisasi Kesehatan pada Pengguna Rokok Elektronik & Konvensional (Dual User) di Indonesia".


Hasil penelitian ini, diseminarkan secara webinar, Kamis, 6 Agustus 2020, melalui aplikasi zoom meeting.


Menurut Media Officer PKJS-UI Shella, studi ini menunjukkan bahwa rokok elektronik yang dianggap sebagai alat untuk berhenti dari rokok konvensional, justru menjadi barang yang digunakan untuk melengkapi rokok konvensional sehingga muncul pengguna ganda (dual user).


"Dual user memiliki probabilitas mengidap penyakit dan komplikasi lebih tinggi, produktivitas lebih rendah, dan pengeluaran kesehatan lebih tinggi dibandingkan single user" terang Shella dalam siaran perssnya, Jum'at (7/8/2020).


Menurut Shella, seperti dikatakan Ketua PKJS-UI, Ir. Aryana Satrya, M.M., Ph.D pada Webinar, rokok elektronik dianggap sebagai alternatif yang lebih sehat ataupun alat untuk berhenti mengonsumsi rokok konvensional.


"Ternyata justru menciptakan perokok dual user yang menjadi beban ganda bagi penggunanya" Kata Shella mengutip Ketua PKJS - UI.


Dengan demikian, lanjut dia, pengendalian konsumsi rokok baik pada rokok elektronik maupun rokok konvensional harus dipertegas dan diimplementasikan untuk membantu pencapaian SDGs dan perwujudan visi Indonesia, yaitu SDM Unggul, Indonesia Maju melalui manusia yang sehat dan berkualitas.


Sementara Ketua peneliti, Faizal Rahmanto Moeis, mengatakan penemuan studi ini menunjukkan rokok elektronik bukan menjadi substitusi rokok konvensional melainkan sebagian besar perokok elektronik adalah dual user dengan rokok konvensional sehingga keduanya memiliki hubungan saling melengkapi.


“Hal ini menunjukkan bahwa dual user akan mengalami double burden yang akan berdampak ganda pada indikator-indikator yang ditunjukkan dalam studi" katanya.


Kemudian, tambah Faizal, jika melihat perbandingan antara single user perokok elektronik dengan single user perokok konvensional, menunjukkan bahwa masing-masing jenis rokok tetap memiliki risiko pada kesehatan. Oleh karena itu, Faizal menyebutkan bahwa sebenarnya berhenti merokok, lebih baik daripada beralih rokok.



Menanggapi hasil penitian ini, Ari Wulan Sari dari Kemenko Pemberdayaan Masyarakatdan Kebudayaan (PMK) menyatakan, hasil penelitian ini akan membantu Kemenko PMK dalam pengambilan kebijakan. Namun, menurutnya, bebab rokok konvensional (rokok bakar : red) semakin berat ditambah rokok ekektronik, sementara regulasi untuk larangan merokok belum ada.



"Kalau menurut saya sebetulnya tadi disampaikan bahwa kita tuh udah punya beban rokok konvensional ditambah lagi sekarang rokok elektronik sementara kita juga belum punya regulasi yang cukup mumpuni" aku Ari Wulan Sari.


Disamping itu, lanjutnya, penelitian ini akan lebih baik Apabila ada perbandingan dengan yang tidak merokok. Kemudian data perokok elektronik pemula, karena yang menarik dari rokok elektronik adalah taste atau rasanya, seperti, strawberry, bluebarry yang pada awalnya anak2 tidak tau bahwa yang diisap itu adalah rokok.


"Tadi kan baru cuma perokok saja, baik konvensional maupun elektrik, kalau kita ngomongin productivity kita juga ngomongnya tentang yang tidak merokok terus yang kemudian Apakah ada penjelasan mengenai usia pertama untuk rokok elektronik, karena saya melihat kalau rokok elektronik sendiri itu sangat menarik anak muda terkait dengan rasa ada rasa macam-macam, rasa stroberi rasa blueberry dan lain lain" sambung dia lagi.


Ari Wulan Sari juga mengatakan, mungkin ada masukan untuk kedepannya kemudian mengenai pengendalian konsumsi dan pemasaran sangat sepakat. Kalau berbicara soal tembakau, harus meluat dua sisi, demand dan supplay.


"Ngomongin soal tembakau baik itu produk konvensional maupun rokok elektronik itu ada dua hal yang perlu kita lihat, sisi demand dan sisi supply untuk supaya sendiri Kita tahu bahwa di Indonesia ini termasuk mudah untuk mendapatkan makanya anak kecil pun juga bisa beli rokok diwarung" tukas Ari.(db-rll-aap).