DBFMRadio.id – Provinsi Lampung diyakini memiliki potensi besar dalam meningkatkan produksi sektor pertanian, khususnya melalui praktik pertanian berkelanjutan. Melihat potensi tersebut, Asosiasi Petani Organik Lampung (APOL) membentuk Program Lumbung Pangan Bersama (LPB) sebagai langkah nyata mendukung petani lokal dan memperkuat ketahanan pangan daerah.
Program yang secara resmi terbentuk pada 22 Juni 2025 di Desa Bumijaya dan Titiwangi, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan ini, bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani, menjamin akses konsumen terhadap produk segar dan organik, serta memperkuat ekonomi lokal. LPB juga hadir sebagai solusi dari sistem pertanian konvensional yang dinilai kurang adil dan tidak transparan.
Koordinator program, Fransiska, menjelaskan bahwa Lumbung Pangan Bersama diinisiasi untuk menjawab tantangan yang selama ini dihadapi petani dan konsumen.
“Program ini bertujuan untuk menciptakan sistem pertanian yang lebih adil, berkelanjutan, dan transparan. Konsumen mendapatkan produk berkualitas, petani mendapatkan harga yang layak,” ujar Fransiska, Selasa (15/7/2025).
Program LPB dikawal oleh tim yang terdiri dari Fransiska sebagai koordinator, Dwi Yantoro sebagai pendamping petani, Sevagus Waskita Cahya selaku penghubung konsumen, dan Laela Mukaromah di bidang keuangan dan administrasi.
Menurut Fransiska, perubahan iklim merupakan tantangan serius yang mengancam keberlanjutan pertanian. Namun, dengan strategi adaptasi yang tepat dan sinergi yang kuat antara petani dan konsumen, sektor pertanian tetap bisa tumbuh dan tangguh menghadapi tantangan tersebut.
“Sistem pertanian konvensional sering merugikan petani karena terlalu banyak perantara. Konsumen juga kerap tidak tahu dari mana makanan mereka berasal. LPB hadir sebagai jembatan antara petani dan konsumen,” jelasnya.
Program ini menyasar petani lokal di Lampung yang memproduksi berbagai komoditas seperti sayur, buah, padi, telur, ayam, dan ikan. Konsumen utama yang disasar adalah masyarakat perkotaan, khususnya di Bandar Lampung, yang peduli terhadap kualitas makanan dan ingin mendukung pertanian lokal.
Dalam pelaksanaannya, LPB menerapkan lima strategi utama, yaitu:
1. Rekrutmen Petani: Menyeleksi petani yang menerapkan pertanian berkelanjutan dan memproduksi komoditas berkualitas.
2. Pencocokan Petani dan Konsumen: Membangun sistem yang memungkinkan konsumen memilih petani dan produk yang ingin didukung.
3. Pengelolaan Keuangan: Menetapkan sistem keuangan transparan, termasuk pembagian biaya dan keuntungan secara adil.
4. Distribusi Produk: Menentukan sistem distribusi yang efisien, seperti pengiriman langsung, titik pengambilan bersama, atau mitra distribusi.
5. Monitoring dan Evaluasi: Melakukan evaluasi berkala untuk menjamin efektivitas dan pengembangan program.
Fransiska menegaskan bahwa Lumbung Pangan Bersama merupakan inovasi yang tidak hanya menyejahterakan petani, tetapi juga mendidik konsumen tentang pentingnya pertanian berkelanjutan.
“Kami berharap LPB menjadi gerakan kolektif yang memberikan dampak positif bagi masyarakat, khususnya di Lampung Selatan,” tutupnya.
Dengan semangat gotong royong dan dukungan masyarakat, program ini diharapkan menjadi model pertanian masa depan yang mandiri, adil, dan berdaya tahan tinggi terhadap perubahan zaman. (Arya)