dr. Elisabeth : Soal Produksi Vaksin, Indonesia Jauh Tertinggal.

Nasional
Tools
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times
Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

DBFMRadio.id : Jakarta - Kementerian Kesehatan sudah melatih lebih dari 8.600 vaksinator dari rencana 23000 yang akan disiapkan untuk mendukung pelaksanaan vaksinasi Covid 19 masal.

Sejarah imunisasi di Indonesia dimulai dengan imunisasi cacar pada tahun 1956 kemudian Imunisasi campak pada tahun 1963 dan 10 tahun kemudian melakukan imunisasi BCG untuk memberantas tuberkulosis pada tahun 1973.

Jurubicara sekaligus Duta Adaptasi Perubahan Baru Satgas Penanganan Covid 19 dr. Reisa Broto Asmoro mengatakan, Setelah itu imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di tahun 1974 dan imunisasi Difteri tetanus atau DPT pada bayi yakni pada 1976.

"Tidak puas sampai disitu, negara terus melakukan kampanye imunisasi di masa pembangunan ada di tahun 1981 bahkan di masa krisis ekonomi 1997 imunisasi Hepatitis B tetap dikampanyekan serta kemudian inisiasi imunisasi influenza atau HIV dalam bentuk vaksin pentavalen" terang dr. Reisa pada Dialog Produktif Tata Laksana Vaksinasi di Indonesia, Senin (23/11/2020).

Kemudian, lanjut dia, pada tahun 2017 Kemenkes menginisiasi vaksin rubella ke dalam program imunisasi nasional setelah sebelum melakukan program demonstrasi vaksin HPV yakni untuk mencegah kanker serviks bagi siswi di dan remaja putri di tahun 2016 di beberapa provinsi.

Sementara pakar imunisasi dr. Elisabeth Jane Supardi Mph, yang terlibat di hampir semua pelaksanaan kampanye imunisasi di Indonesia mengatakan, sebetulnya Indonesia ini kalau dibanding dengan banyak negara berkembang yang lain, sudah jauh tertinggal.

"Kita dibanding dengan negara berkembang ya, bukan negara maju kita sudah banyak ketinggalan, ada 3 vaksin yang sebetulnya sudah muncul sekitar 10 tahun yang lalu, seperti Vaksin PCV atau Pneumococcal Conjugate Vaccine  adalah vaksin yang mengandung bagian dari dinding sel bakteri pneumokokus, atau Pneumonia. Kemudian Kanker leher rahim (serviks) merupakan kanker yang bisa dicegah dengan pemberian vaksin HPV (human papillomavirus) dan rotavirus untuk diare" rinci dr. Elisabeth.

Tanpa menyebut nama negara lain mana, Tiga Vaksin baru di Indonesia tadi, lanjut dr. Elisabeth, 10 tahun lalu sudah produksi oleh banyak Negara berkembang, padahal vaksin ini merupakan imunisasi dasar, namun Indonesia jauh tertinggal.

"bahkan, untuk PCV dan HPV baru beberapa Propinsi saja yang mendapatkan, dan bertahap karena vaksin impor, dan yang Rotavirus, baru akan diproduksi oleh bio Farma pada 2022 nanti" katanya lagi.

Karena rotavirus ini, termasuk penyakit yang banyak sekali di derita balita dan angka kematiannya cukup tinggi. Sedangkan untuk mengkampanyekan Imunisasi campak Covid 19, dr. Elisabeth menegaskan, yang terpenting adalah harus ada vaksinnya dulu dan sudah terdaftar di organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang sudah melalui penelitian. Kemudian alat untuk menyimpan dan membawa vakksin, disamping juga tempat untuk mengimunisasi.

"WHO melakukan skrining semua obat maupun vaksin, diteliti mana yang memenuhi syarat baru terdaftar. Jadi kalau belum terdaftar, artinya belum memenuhi standart WHO" tutup dr. Elisabeth. (db/fmb9_ikp/aap).